Dalam ufologi, kita mengenal banyak figur penting antara lain: J. Allen Hynek, Jenny Randles, Jacques Vallee, Budd Hopkins, dan banyak lagi. Namun ada salah satu figur yang mungkin kurang begitu dikenal dalam ufologi, yang sebenarnya punya peran besar dalam perkembangan ufologi.
Ia adalah Charles Fort. Sejak usia muda, pria bernama asli Charles Hoy Fort ini melakukan banyak penyelidikan atas kasus-kasus UFO dan fenomena aneh lainnya yang ia tuangkan di dalam sejumlah buku-bukunya. Ia disebut-sebut sebagai “Bapak Ufologi” karena pengaruhnya yang amat besar dalam perkembangan ufologi.
Charles Fort telah menulis tentang UFO jauh sebelum Kenneth Arnold yang menyaksikan formasi piring terbang yang melintas di atas Washington, Amerika Serikat.. Ia juga berada jauh di depan Erich von Daniken dan Zecharia Sitchin dalam melakukan studi terhadap peninggalan peradaban kuno di masa lalu yang mendasari munculnya hipotesis paleocontact yang menyatakan bahwa Bumi sebenarnya telah dikunjungi oleh makhluk dari luar angkasa sejak masa lampau.
Lahir di Albany, New York, Amerika Serikat, pada 16 Agustus 1874, putra pasangan Charles Nelson Fort dan Agney Hoy ini ketika kecil sangat menyenangi sains, gemar mengoleksi telur burung, serangga dan batu-batuan. Ketika ditanya oleh sang kakek hendak menjadi apa ketika besar nanti, dengan tangkas ia menjawab: "Menjadi peneliti alam!"
Saat menginjak usia 17 tahun, Charles Fort menjadi reporter New York Democrat di Albany sekaligus menulis untuk Brooklyn World, sebuah media di kota New York. Pada tahun 1892, setelah sang kakek wafat, ia memutuskan tinggal di kota New York dan menjadi reporter di Brooklyn World. Sejak berada di kota ini, Charles Fort mulai menaruh minat pada fenomena UFO. Kasus pertama yang ia tulis ialah kasus Morris A. Veeder di Lyons, New York, dimana selama beberapa bulan, muncul cahaya yang aneh melayang di langit Lyons selama musim dingin. Termasuk pula peristiwa munculnya bola-bola orbs yang berkilauan di utara New York.
Sejak 1893, ia mulai melakukan perjalanan manca negaranya yang pertama, yaitu ke Kanada, Inggris dan Afrika Selatan. Ketika berada di Afrika Selatan pada tahun 1895, kabarnya ia meliput kasus munculnya UFO berbentuk bulat di atas kota Capetown. Perjalanan yang ia lakukan membuatnya memiliki hingga 40 ribuan catatan peristiwa atau fenomena aneh, termasuk fenomena UFO – yang sayangnya karena depresi akibat naskah bukunya selalu ditolak, puluhan ribu catatan itu ia hancurkan.
Charles Fort pada akhirnya sukses menulis sejumlah buku. Buku-bukunya mengulas hal yang berbeda dengan topik sains mainstream pada masa itu. Buku-buku yang ia tulis yaitu: “The Book of the Damned” (1919), “New Lands” (1923), “Lo !” (1931) dan “Wild Talents” (1932). Sebenarnya ia menulis lebih banyak buku lagi terutama fiksi. Ia menulis sepuluh novel dalam bentuk komik, sayangnya hanya satu judul yang pernah diterbitkan, yaitu “The Outcast Manufacturers”, pada tahun 1906. Meski dinilai bagus, buku ini kurang sukses di pasaran. Sementara sembilan naskah lainnya dikabarkan hilang.
Buku-bukunya lumayan mengejutkan dunia karena membeberkan ratusan fenomena seperti: UFO, artifak dari jaman prasejarah yang aneh, bigfoot, yeti, monster di danau, precognition atau ramalan, psikokinesis, dan lain-lain, termasuk memperkenalkan istilah teleportasi yang kemudian banyak digunakan dalam naskah fiksi ilmiah. Salah satu informasi yang ada dalam buku “The Book of the Damned” ialah tentang munculnya sebuah kota yang melayang sepanjang siang hari di atas wilayah Loudonville, Ohio. Sejumlah orang menyebutnya sebagai Yerusalem Baru, sementara lainnya berpendapat bahwa kota melayang itu itu mirip dengan kota Sandusky. Fort memberikan komentar bahwa mungkin saja surga itu seperti kota Sandusky, dan barang siapa yang tidak ingin pergi ke kota Sandusky mesti mempertimbangkannya untuk ke sana. Memang gaya tulisan dalam bukunya mengandung nada humor khas Amerika.
Sekitar tahun 1912, ia menulis buku berjudul “X” yang di salah satu bagiannya memuat pernyataannya bahwa Bumi telah dikendalikan oleh orang-orang Mars. Disusul tahun 1916 dengan naskah lainnya berjudul “Y” yang menjelaskan tentang sebuah ras yang tinggal di Kutub Selatan yang mempengaruhi peradaban manusia.
Meski sukses menulis buku, ia bukannya tidak menuai kritikan. Bahkan kritikan bernada sinis ia terima dari sejumlah figur terkenal, misalnya H.G. Wells (penulis “The War of the Worlds”) yang menyebut ia sebagai penulis paling membosankan dan menulis buku seperti seorang pemabuk. Pengkritik lainnya, H.L. Mencken juga menyebut Charles Fort sebagai orang bodoh yang tidak menguasai sains, khususnya biologi.
Meski menuai kritikan pedas, Charles Fort juga memiliki banyak figur yang mendukungnya. Karya-karyanya mendorong lahirnya komunitas yang sealiran dengan pemikirannya. Mereka menamakan dirinya sebagai Fortean Society, didirikan oleh rekannya sesama penulis, Tiffany Thayer. Istilah fortean atau forteana kini digunakan untuk menyebut sesuatu hal atau fenomena aneh. Diantara “pengikut” Charles Fort terdapat nama-nama sastrawan, pemikir dan tokoh terkemuka Amerika Serikat, antara lain: sang sahabat Theodore Dreiser, John Cowper Powys, Sherwood Anderson, Clarence Darrow dan Booth Tarkington. Loren Coleman, ahli cryptozoology, yang menulis buku “The Unidentified” dan “Mysterious America” sangat memuja Charles Fort dan mendedikasikan bukunya kepada sang legenda.
Dalam budaya populer, karya-karya Fort memberi inspirasi sangat besar bagi sejumlah penulis terkenal. Konon karya-karya Stephen King seperti “It” dan “Firestarter” diilhami oleh ide-ide Charles Fort. Salah satu karya penulis Robert Anton Wilson, “The Inquisition”, yang terbit tahun 1986, begitu kuat dipengaruhi oleh pemikiran Charles Fort. Begitu pula novelis dan cerpenis Caitlin R. Kiernan yang menulis kumpulan cerpen berjudul “To Charles Fort With Love” (tahun 2005) dan “The Little Damned Book of Days” (terbit tahun 2005).
Charles Fort menikah dengan kawan masa kecilnya, Anna Filing, di New York pada tahun 1896 dan tidak dikaruniai anak. Ia wafat pada 3 Mei 1932 dalam usia 57 tahun karena penyakit kanker, tiga minggu setelah karyanya yang berjudul “Wild Talents” ia kirimkan kepada penerbit.
Gatot Tri R. - BETA-UFO Edisi 15 Tahun 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar