Selasa, 15 September 2009

Sistem Propulsi UFO


oleh Staton T. Friedman

Bila kita menarik kesimpulan dari banyaknya bukti bahwa sejumlah piring terbang datang ke Bumi dari tata surya terdekat (ada kira-kira seribu bintang dalam jarak 55 tahun cahaya, 46 diantaranya mirip dengan Matahari). Dari kesimpulan itu, muncul dua pertanyaan:

1. Bagaimana bisa sebuah pesawat dari luar angkasa mampu menempuh perjalanan dari tata surya yang berdekatan dengan Bumi dengan waktu yang terjangkau / dalam jangkauan waktu tertentu.
2. Lalu, bagaimana bisa piring terbang menunjukkan reaksi bahwa mereka sedang diamati?

Bagaimana mereka dapat terbang dengan kecepatan tinggi di atmosfer seperti yang pernah dilaporkan (ribuan mil per jam), dan punya kemampuan untuk berhenti dan bergerak secara tiba-tiba, atau bergerak naik dan turun, yang tidak dapat dilakukan oleh pesawat-pesawat konvensional? Padahal tidak terdapat mesin eksternal, sayap atau ekor. UFO juga biasanya cukup tenang tanpa adanya suara dibandingkan dengan pesawat konvensional, dan punya sejumlah efek fisik dan fisiologi bagi makhluk hidup di sekitarnya. Ini sungguh merupakan tantangan teknologi yang harus kita hadapi.

Persoalan ini mesti dibagi dalam dua bagian karena tidak ada alasan yang tepat untuk mengasumsikan bahwa sistem propulsi yang sama digunakan untuk perjalanan yang jauh maupun dekat. Nampaknya cukup masuk akal untuk mengasumsikan bahwa "pesawat induk" raksasa berbentuk cerutu yang menjadi tempat masuk dan keluar wahana-wahana terbang berukuran lebih kecil berbentuk cakram, adalah kendaraan antar planet, sementara wahana lainnya merupakan semacam Earth Excursion Module atau Modul Ekskursi Bumi yang digunakan untuk perjalanan jarak dekat.

Pesawat induk jarang diamati karena tidak mendekati permukaan Bumi. Dalam kumpulan besar kasus-kasus yang dikumpulkan oleh Ted Phillips (seorang penyelidik UFO dari Amerika Serikat, penterjemah), lebih dari 90 % kendaraan yang terbang rendah berbentuk cakram. Sebuah analogi yang berguna di sini mungkin Aircraft Carrier Enterprise, yang memiliki tenaga nuklir dan berjalan dengan lambatnya selama berbulan-bulan dan atau bertahun-tahun di permukaan samudera. Pesawat-pesawat yang lebih kecil yang diangkutnya tidak dapat berjalan di laut namun mampu terbang dengan kecepatan tinggi dan mampu mencapai ketinggian tertentu dalam waktu singkat dan dapat bermanuver pula; namun pesawat-pesawat itu tidak memiliki tenaga nuklir dan tidak ada pesawat yang dapat menggantikan pesawat tersebut lainnya.

Problem perjalanan ke bintang-bintang harus dilihat pula dari sisi yang lain yang nantinya akan berguna dalam memahami penerbangan ke Bulan dan ke planet lainnya baru-baru ini. Jarak antar tata surya dapat diukur dalam detik cahaya, menit cahaya atau mayoritas beberapa jam cahaya. Bintang-bintang, paling tidak memiliki jarak beberapa tahun cahaya; roket berbahan bakar kimia kita mampu membawa para astronot ke Bulan dengan waktu kira-kira 60-69 jam, dan pesawat Viking yang menuju Mars membutuhkan waktu kira-kira sepuluh bulan untuk mencapainya. Namun pesawat-pesawat tersebut didorong dengan tenaga yang hanya bertahan selama 17 menit atau paling lama satu jam dalam melawan gravitasi. Roket-roket akan meluncur atau melambat hingga mendekati sasaran di hampir seluruh perjalanan.

Pesawat ruang angkasa Apollo, pada ketinggian 200.000 mil, hanya berjalan dengan kecepatan 2000 mil per jam meskipun ia meninggalkan Bumi dengan kecepatan 25.000 mil per jam. Jika pesawat tersebut mampu mempercepatnya dengan 1 G (kecepatan bertambah 21 mil per jam dalam setiap detiknya) hanya dalam satu jam, kecepatan final dapat mencapai 79.000 mil per jam; dan dalam satu hari dapat mencapai 1,9 juta mil per jam! Percepatan puncak dalam peluncuran Apollo mendekati 8 G (kecepatan tiap detik bertambah 168 mil per jam)

Untuk memahami bahwa tidak ada yang lebih baik, perlu diperhatikan bahwa percepatan 1 G di permukaan Bumi sama dengan 32,17 kaki per detik, yang artinya bahwa setiap detiknya kecepatan pesawat bertambah 32,17 kaki.

Jika dikonversikan dalam mil per jam (mph), percepatan 1 G artinya bahwa kecepatan pesawat bertambah pada kisaran 21,9 mph per detiknya! Pada akhir detik kedua bertambah 21,9 mph plus 21,9 mph atau total 43,8 mph dan pada akhir detik ketiga menjadi 64,7 mph, dan seterusnya.

Dalam satu hari dengan percepatan 1 G kecepatan yang dicapai hampir 2 juta mph dan pesawat akan menjauh dari medan gravitasi Bumi. Untuk setiap operasi yang dilakukan di sekitar Bumi, gravitasi secara efektif menarik pesawat sebesar 1260 mph; sementara di ruang angkasa secara praktis tidak ada pergeseran gravitasi atau atmosfer. Penting untuk mengenali bahwa pesawat tersebut kira-kira menempuh waktu satu tahun dengan percepatan 1 G untuk mendekati kecepatan cahaya - kira-kira 670.000.000 mph - dan kita dapat berspekulasi bahwa suatu perjalanan ruang angkasa mungkin harus mengisi kembali bahan bakarnya atau beristirahat sejenak diantara bintang-bintang, jadi para pengunjung kita tidak perlu datang secara langsung dari planet mereka.

Sayangnya, roket berbahan bakar kimia yang kita gunakan yang tersedia di alam jumlahnya sangatlah terbatas untuk mendukung kecepatan yang tinggi dimana waktu penggunaannya juga terbatas karena sifat ketidakefisienannya.

Karena itu para perancang modul perjalanan ruang angkasa dan Bumi menghadapi dua pertanyaan yaitu:
1. Seberapa besar dan berapa lama percepatan yang dapat ditahan oleh manusia?
2. Metode apa yang dapat menempuh jarak lebih banyak mil per jamnya daripada roket berbahan bakar kimia, serta metode apa yang dapat berjalan dengan waktu yang lebih lama atau yang mampu memiliki percepatan lebih besar?

Jumlah percepatan dimana seseorang mampu bertahan bergantung pada banyak faktor; tiga yang paling penting ialah durasi percepatan (makin besar kekuatannya, makin pendek waktu yang ditempuh), arah kekuatan berkaitan dengan tubuh awak pesawat (percepatan dari belakang ke depan lebih mudah ditangani daripada percepatan dari bagian kepala ke kaki, dan dengan alasan ini astronot Apollo menempatkan posisi punggung mereka tegak lurus dengan arah daya dorong, seperti pada sebuah elevator), dan lingkungan sekitar tubuh awak pesawat (seseorang yang berada di dalam suatu cairan dapat menahan percepatan lebih tinggi daripada yang tidak).

Mari kita pertimbangkan sejumlah variabel. Seorang pilot yang terlatih dan bermotivasi tinggi dapat melakukan penerbangan ketika dipercepat pada 14 G (kira-kira 300 mph setiap detiknya) selama dua menit. Dimulai pada saat berhenti ia akan bergerak pada 300 mph dalam satu detik, lalu 3000 mph dalam 10 detik dan 36.000 mph dalam dua menit.

Secara nyata sistem propulsi konvensional seperti pesawat terbang, kereta, bus dan mobil tidak dapat mencapai 14 G. Seseorang yang terlatih dengan sangat baik dapat bertahan pada 30 G selama satu detik tanpa kerusakan. Data ini mengingatkan bahwa percepatan yang begitu tinggi dapat ditahan dalam waktu yang lebih pendek. Laporan penerbangan EEM (Earth Excursion Module = Modul Ekskusi Bumi) sering mengindikasikan bahwa percepatan yang tinggi - seperti ketika membuat belokan sudut yang tepat atau mengubah ketinggian - mengambil waktu yang sangat singkat. Dalam fisika dan teknologi modern, metode utama untuk menyediakan tenaga yang sangat tinggi untuk waktu yang singkat ialah dengan penggunaan kekuatan elektromagnetik seperti laser, pembentukan medan magnet pada bentuk-bentuk yang kompleks, dan percepatan partikel nuklir terhadap kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya.

Pada pertengahan tahun 1960an sebuah kapal selam elektromagnetik yang dirancang oleh Dr. Stuart Way, [sic] yang kemudian meninggalkan Westing House Research Laboratory, telah berhasil diuji. Fakta yang ada ialah bahwa medan listrik dan magnetik pada sudut yang benar terhadap sudut-sudut lainnya menghasilkan sebuah kekuatan (dalam satuan Lorentz) pada sudut yang benar di masing-masing sudut. Kekuatan tersebut mendorong balik cairan (air laut) yang bersifat elektromagnetik di sekeliling badan kapal, yang mendorong ke belakang dan menggerakkan kapal selam. Bisa saja menganalogikan kapal yang bisa naik ke udara dimana air laut digantikan dengan udara yang diionisasi secara elektris, dan medan elektromagnetik konvensional dihasilkan oleh magnet-magnet super-conducting (magnet yang memiliki kekuatan super), yang membutuhkan ruangan yang kecil, dengan tenaga yang sangat kecil dan bobot yang ringan pula. Namun perangkat itu mampu menghasilkan medan magnet yang luar biasa besar. Penelitian yang pernah dilakukan, dimana banyak yang dirahasiakan, telah dilakukan untuk memperlihatkan bahwa suatu sistem aerodinamis elektromagnetik mampu memecahkan masalah penerbangan berkecepatan tinggi dengan mengendalikan pengangkatan, pemanasan dan efek sonic boom - seluruhnya secara elektromagnetik, daripada secara mekanik atau kimia. Sistem yang dihasilkan berjalan simetris, dapat melakukan manuver dan relatif tenang. Sering memiliki pendaran cahaya disekelilingnya, dan mampu berjalan dan berhenti secara tiba-tiba. Sistem itu juga mampu mengangkut perangkat sumber tenaganya sendiri, atau dapat diisi kembali di pesawat induk dengan cara yang sama seperti mobil golf yang dapat mengangkut baterai.

Alasan bahwa banyak riset sistem propulsi MAD (Mutual Assured Destruction yang biasa digunakan untuk proyek=proyek berkaitan dengan nuklir, penterjemah) dirahasiakan ialah bahwa bagian ujung rudal balistik menghasilkan suatu area udara terionisasi disekelilingnya ketika mereka memasuki kembali. Modifikasi bagian ujung rudal dapat digunakan untuk membuat ragam profil radar. Mengangkat, menggeser dan pengarahan sinar serta parameter penting lainnya tanpa perlu membawa bahan bakar atau roket pendorong, yang biasanya diperlukan. Perlu ditekankan bahwa sistem tertentu bekerja dengan cara berinteraksi dengan bagian disekelilingnya dan mengangkut sesuatu yang dikeluarkan melalui bagian belakang. Keuntungan yang nyata didapat dari produksi medan magnet yang sangat tinggi dimana suatu medan yang sepuluh kali lebih besar menghasilkan kekuatan seratus kali lebih besar.

Perjalanan antar bintang yang sudah menjadi pilihan utama - meskipun sudah tidak diragukan lagi bukanlah pilihan terakhir untuk menggantikan roket berbahan bakar kimia yang primitif - adalah dengan memakai roket bertenaga nuklir. Orang-orang tidak sadar bahwa ada program lain dalam perkembangan angkutan udara / sistem pengerak angkasa karena selama ini mereka hanya mengenal nuklir buatan Angkatan Laut AS untuk kapal selam dan kapal pengangkut. Mesin jet dapat beroperasi dengan menggunakan kekuatan nuklir melalui "Program Penggerak Nuklir pada Pesawat". Dengan sukses, ramjet bertenaga nuklir dapat melakukan tes pendaratan selama program NERVA berlangsung (NERVA = Nuclear Engine for Rocket Vehicle Application atau Mesin Bertenaga Nuklir untuk Kendaraan Roket, penyerjemah). Hampir semua pekerjaan yang menghabiskan biaya jutaan dolar ini dikelompokkan dan dijalankan oleh kontraktor-kontraktor industri yang berhubungan dengan laboratorium nasional dibawah NASA, Angkatan Udara atau Badan Energi Atom AS. Sistem-sistem tersebut menyatukan pemecahan nuklir dari pangkal uranium 235 untuk memproduksi panas dalam jumlah yang besar dengan cara mengkonversikannya dengan jumlah massa yang kecil menjadi energi yang besar. Jutaan kali energi bisa dibuat dengan cara ini daripada membakar energi roket.

Perancangan dan pengembangan sistem propulsi penerbangan berbahan bakar nuklir membutuhkan solusi atas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan fisik nuklir yang kompleks, yaitu perangkat keras (hardware) yang canggih untuk menjalankannya pada temperatur sangat tinggi, serta radiasi yang bersifat mematikan yang dihasilkan selama proses fisi (pemecahan nukleus) berlangsung. Masalah yang serupa, meskipun tidak sesulit di atas, dapat dipecahkan pada persenjataan nuklir, pada kapal selam yang bersuhu relatif lebih rendah dan pembangkit listrik tenaga nuklir. Kesulitan utama dalam pemanfaatan reaksi fisi untuk sistem propulsi ruang angkasa atau atmosferik, berkaitan dengan bobot dan adanya batasan kinerja yang tinggi terhadap sistem semacam itu. Kapal yang besar berbobot lebih dari 100.000 ton. Pesawat terbang berbobot kurang dari 4000 ton, dan bahkan roket Saturn 5 hanya berbobot 3000 ton.

Meskipun demikian masalah dalam sistem propulsi pada reaktor roket nuklir NRX-A-6 telah berhasil diuji coba pada Desember 1967 oleh laboratoriumWestinghouse Astro-nuclear pada tingkatan daya hingga 1,1 milyar watt, yang dihasilkan dari suatu tempat yang panjangnya kurang dari sepuluh kaki (3,048 meter) dan diameter kurang dari lima kaki (1,524 meter).

Pada bulan Juni 1968, laboratorium ilmiah Los Alamos (Los Alamos Scientific Laboratory) berhasil melakukan uji coba Phoebus-2B pada tingkatan daya hingga 4,4 milyar watt; dari wadah berdiameter kurang dari enam kaki (1,828 meter). Sebagai perbandingan, bendungan Grand Coulee yang lama menghasilkan 2,2 milyar watt. Semua sistem NERVA (serta proyek awal KIWI dan ROVER) menggunakan bahan bakar padat, dimana dipompakan didalamnya hidrogen cair yang lalu berubah menjadi gas dan dikeluarkan lewat suatu saluran. Karena hidrogen memiliki bobot terendah daripada molekul lainnya, untuk energi yang sama yang dihasilkan akan mencapai kecepatan pembakaran tertinggi. Bobot oksigen dan tangki yang berkaitan dengan proses ini juga dapat dihilangkan / tidak diperlukan. Sistem yang lebih canggih lagi telah didesain dimana digunakan U-235 (uranium 235) dalam suku yang sangat tinggi dalam bentuk plasma gas dan mampu menyediakan suhu yang jauh lebih tinggi bagi hidrogen. Reaktor-reaktor dioperasikan dengan penggunaan bahan bakar berbentuk cair.

Minat lebih besar dalam mempertimbangkan manfaat jangka panjang mengarah pada propulsi fusi atau peleburan. Fusi ialah proses nuklir yang melibatkan kombinasi nuklei atau inti atom untuk membuat nuklir yang lebih berat dan, sebagaimana dalam reaksi fisi, mengubah sejumlah kecil massa menjadi energi yang besar. Itu merupakan proses dimana energi yang dihasilkan terjadi di banyak bintang, dan pada apa yang disebut sebagai bom hidrogen. Setiap peradaban bahkan di bintang-bintang yang jauh akan menyadari proses fusi ketika sampai pada kematangan ilmiah pada tingkat minimum. Ada banyak reaksi yang berbeda dan proses-proses dapat dijalankan dengan menggunakan perangkat fisi maupun fusi.

Salah satu hal paling menarik pada sistem propulsi ruang angkasa mungkin menjadikan reaksi partikel-partikel tersebut dimana, ketika dileburkan, hanya menghasilkan muatan lebih banyak daripada partikel netral. Partikel berenergi sangat tinggi ini lalu diarahkan balik ke roket, menggunakan medan listrik dan magnetik yang sesuai. Partikel netral terlepas di semua arah dan tidak dapat dikendalikan, hanya melambat dan panasnya terserap, …sungguh proses yang sangat efisien.

Dengan menggunakan reaksi yang benar dan dengan cara yang benar, suatu sistem propulsi fusi di ruang angkasa dapat dirancang untuk mengalirkan ion-ion ringan yang memiliki energi per partikel yang sepuluh kali lebih besar daripada jika menggunakan roket berbahan bakar kimia.

Keuntungan kedua yang menaik ialah bahwa propellant atau bahan bakar untuk roket fusi adalah isotop hidrogen dan helium, yang tidak hanya elemen paling ringan namun juga paling berlimpah di jagat raya ini. Namun, seseorang bisa saja menemukan material mentah untuk bahan bakar cadangan yang berguna untuk proses fusi di suatu sistem bintang yang dilalui.

Ada sejumlah studi yang pernah diterbitkan menunjukkan bahwa proses fisi dan fusi bertingkat pada sistem propulsi ruang angkasa memiliki kemampuan untuk menempuh bintang-bintang terdekat dalam waktu lebih singkat daripada rentang usia hidup rata-rata. Roket berbahan bakar kimia akan digunakan untuk meluncurkan pesawat antar bintang menuju orbit atau ke Bulan untuk diluncurkan kembali dari sana karena adanya pengurangan energi yang sangat besar di Bulan. Rancangan pesawat yang pintar akan dilengkapi dengan perangkat seperti yang digunakan pada pendaratan di Bulan.

Keuntungan yang besar akan dicapai dengan membebaskan muatan seperti halnya pada Apollo yang diuntungkan dengan rotasi Bumi saat terbang ke arah timur menuju ekuator dan pengaruh medan gravitasi Bulan, serta pada pelepasan roket yang sudah diprogram ketika melalui atmosfer Bumi, sehingga roket tersebut berjalan melambat. Ini lebih baik daripada mengangkut dan melepas retro-rocket saat perjalanan pulang.

Bobot dan biaya akhir bergantung hampir seluruhnya pada asumsi-asumsi rancangan daripada (sebagaimana penghitungan secara akademis sering diasumsikan) menjadi independen atas fitur-fitur rancangan tersebut. Sebuah studi awal mengenai bobot peluncuran yang dibutuhkan oleh roket berbahan bakar kimia mampu mengirim manusia ke Bulan dan kembali ke Bumi dimana bobot peluncuran itu besarnya bisa jadi, jutaan-jutaan ton. Peluncuran itu akan selesai kurang dari tiga puluh tahun kemudian dengan menggunakan roket berbahan bakar kimia yang berbobot tiga ratus kali lebih kecil.

Bintang-bintang dan planet-planet di sepanjang perjalanan akan digunakan untuk bahan bakar dan energi matahari dan dengan bantuan gravitasi, seperti yang terjadi pada wahana Pioneer, dimana tanpa sistem propulsi setelah meninggalkan Bumi, ia menggunakan medan gravitasi Jupiter untuk membantunya melewati Saturnus dan bahkan melampaui tata surya.

Profil penulis:
Stanton T. Friedman adalah seorang ahli fisika nuklir yang juga mempelajari ufologi. Ia seorang dosen dan penulis. Ia dikenal sebagai investigator pertama dari kalangan sipil yang menyelidiki kasus insiden Roswell, New Mexico, Amerika Serikat pada tahun 1947. Sejak tahun 1967, ia telah memberikan ceramah mengenai UFO kepada lebih dari 600 perguruan tinggi dan universitas, serta lebih dari 100 kelompok profesional di AS, Kanada dan 16 negara lainnya.

===================================
Judul asli: UFO Propulsion Systems (naskah asli terdiri dari tiga bagian)
Sumber: frankwarren.blogspot.com
url bagian 1: http://frankwarren.blogspot.com/2005/07/ufo-propulsion-systems-by-stanton-t_27.html
url bagian 2: http://frankwarren.blogspot.com/2005/07/ufo-propulsion-systems-by-stanton-t_13.html
url bagian 3: http://frankwarren.blogspot.com/2005/07/ufo-propulsion-systems-by-stanton-t_27.html
Alih bahasa: Gatot Tri R.
Terima kasih atas bantuan Dwi Handoko dan Etik Susanty.

2 komentar:

  1. Waduh...Bisa gak di edit ke dalam bahasa yg 'lebih manusiawi', yg lebih sederhana dan bisa dijangkau oleh pikiran anak SMA hehehe...But thanks anyway

    BalasHapus
  2. sepertinya Anda mesti menunggu 4 atau 5 tahun lagi untuk membaca artikel ini. hehe. Maaf.. thanks anyway atas komentarnya...

    BalasHapus